17 November 2005

Hadiah...

Ralph Waldo Emerson (1803-1882), pengarang dan filsuf kenamaan ASpernah mengatakan, "Cincin dan permata bukan hadiah tapi hanyaapologia dari sebuah hadiah. Karena hadiah sejati yang mestinya kauberikan adalah bagian dari dirimu."

Dini dan Dono adalah pasangan baru yang hidupnya pas-pasan. Bakdongeng, meski kondisi kesehariannya serba sederhana, mereka mengakukaya akan cinta. Tak mau kalah dengan gaya hidup orang kota besar,hari Valentine juga mereka rayakan dengan saling tukar kado.

Semula Dini ragu hadiah apa yang akan diberikan kepada Dono. Akhirnyadiputuskan, rantai arloji tangan untuk menggantikan milik suaminyayang sudah putus. Lantaran tak punya duit, Dini memilih jalan nekad.Ia sengaja memotong rambutnya yang panjangnya sampai lutut danmenjualnya. Dari hasil berjualan rambut ia bisa membeli rantai arloji.

Wanita semampai ini pulang ke rumah dengan penuh harap. Dono pastisenang karena arloji satu-satunya hadiah perkawinan yang masih tersisa akan bisa dipakai lagi. Padahal sesungguhnya hatinya gundah.Selama ini Dono amat mengagumi rambutnya yang panjang dan indah itu. Kecewakah Dono lantaran ia memotong rambutnya?

Dini terkejut mendapati sang suami sudah pulang terlebih dulu danmenunggunya di ruang tamu. Tangan Dono menggenggam bungkusan kado yang siap diberikan kepada istri tercinta. Sesaat ia terkesima melihat rambut istrinya terpotong pendek. Meski tak ngomong sepatahpun, wajah pria ini menyiratkan rasa kecewa. Ia lantas menyorongkankadonya ke hadapan sang istri. Ketika membuka bungkusan itu, mata Dini terbelalak. Sekejab air matanya berlinangan. Di dalam kotak tampak sebuah sisir lipat model baru warna perak yang amat cocok untuk rambut panjangnya. Sebaliknya, begitu Dono membuka dan melihathadiah dari sang istri, ia terperangah, oh! Sebuah rantai jam cantikberlapis emas, cocok untuk arlojinya. Sesaat kemudian Dini mengetahui bahwa Dono telah menggadaikan arlojinya agar ia mendapat uang untuk membeli sisir.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home